Gemebyare Dunyo mung sak KOLO
MAKNA KEHIDUPAN YANG HAKIKI
* Katakanlah : " Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih
baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun ".
(Surat An Nissa' ayat 77).
Seseorang dikatakan hidup tatkala masih ada rohnya. Roh inilah yang berfungsi
sebagai power atau kekuatan bagi setiap manusia yang normal/sehat, sehingga
berfungsi semua organ-organ tubuh manusia. Selain roh manusia dilengkapi panca
indera dan akal budi. Dengan karunia Allah SWT ini manusia dalam hidupnya
diberi kebebasan menentukan pilihan hidup atau masa depannya.
Disamping kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT, juga manusia diberikan titik
lemah. Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah, bahwa manusia itu
mengerti apa yang baik dan apa yang buruk, dan dia dapat membedakan antara
keduanya. Dan pengertian ini diperoleh bukan melalui suatu pengalaman tetapi
telah ada padanya sebelum dia mengalami. Jadi pengetahuan ini diberikan oleh
Allah SWT sejak masih dalam kandungan agar manusia dalam perjalanan hidupnya
tidak tersesat.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat As Syam, ayat 7 - 8 : " Demi jiwa
manusia dan yang menjadikannya (Allah SWT) diilhamkan oleh Allah SWT kepadanya
mana yang buruk dan mana yang baik ".
Bentuk kasih sayang Allah SWT yang dicurahkan kepada umat manusia, adalah
diturunkan Para Nabi/Rosul sebagai penuntun ke jalan yang benar. Manusia dengan
akal budinya dengan dibimbing para Rosul yang diturunkan dari zaman ke zaman
adalah tidak lain untuk mewujudkan hidup yang hakiki, yaitu suatu kehidupan
yang sesuai dengan kehendak dan keinginan Sang Pencipta, Allah SWT. Sehingga
dia baik di dunia maupun di Akhirat senantiasa mendapatkan keberuntungan.
Sebagaimana yang digambarkan di dalam Al-Qur'an, Surat Al-Fajr ayat 27 - 30 : "
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu, dengan hati ridho lagi
diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke
dalam surga-Ku. "
Kehidupan yang hakiki adalah, kehidupan yang mengutamakan ridho Allah SWT, dari
waktu ke waktu, perpindahan dari suatu tempat yang satu dengan yang lainnya
selalu dalam taburan ridho Allah SWT. Agar dalam setiap saat tidak terjadi
kekecewaan dan penyesalan sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an, Surat
Munafiquun, ayat 10 : " Salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata : Ya
Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang
sholeh ".
Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan yang diridhoi Allah SWT, manusia tidak
dapat mengetahuinya lewat akal budinya karena keterbatasannya. Maka untuk
mengetahui hal ini tidak ada jalan lain kecuali melalui proses pendidikan. Baik
formal, informal maupun non formal. Sehingga dia menjadi bijak dalam menyikapi
kehidupannya maupun memilih yang terbaik dalam setiap silih bergantinya ujian
dari Allah SWT. Tanpa ihtiar dan bersusah payah dalam kehidupan maka hikmah
kehidupan tidak akan diperolah oleh siapapun, karena sejatinya segala sesuatu
yang ada di dunia memperolehnya harus dengan usaha. Dari proses pencarian
inilah Insya Allah akan memberikan kebijakan sehingga kita dapat menyikapi
kehidupan ini secara benar dengan belajar pengalaman masa lalu sebagaimana yang
telah dialami oleh Iblis dan Nabiyullah Adam AS. yang diriwayatkan Muhammad
Ibnu Dauri dari Imam Baihaqi : Bahwa Iblis itu, celaka karena Lima hal : "
Tidak suka mengakui dosa, tidak pernah menyesal, tidak pernah mencela dirinya,
tidak punya niat untuk bertobat, putus asa dari pada rahmat Allah SWT ".
Nabi Adam bahagia karena Lima hal : " Suka mengakui dosanya, Menyesali dosanya,
Mencela dirinya sendiri, Segera bertobat, Tidak putus asa dari rahmat Allah SWT
". (HR. Baihaqi)
Untuk meningkatkan kebijakan agar lebih faham terhadap permasalahan kehidupan
sebagian besar ulama menasihatkan terhadap Lima hal yaitu :
Pertama, Berpikir mengenal tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT,
sehingga lahir tauhid dari keyakinan kepada Allah SWT.
Kedua, Berpikir mengenal kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah SWT berikan,
sehingga lahir rasa cinta dan syukur kepada Allah SWT.
Ketiga, Berpikir tentang janji-janji Allah SWT, sehingga lahir rasa cinta
kepada akhirat.
Keempat, Berpikir tentang ancaman Allah SWT, sehingga lahir rasa takut kepada
Allah SWT.
Kelima, Berpikir tentang sejauhmana ketaatannya kepada Allah SWT, padalah Allah
SWT selalu berbuat baik kepadanya, sehingga lahir kegairahan dalam beribadah.
Selanjutnya, Syeh Abdul Qodir Jaelani berkata : setiap mukmin harus senantiasa
dalam Tiga keadaan :
a. Melaksanakan perintah Allah SWT.
b. Menjauhi larangan Allah SWT.
c. Rela terhadap Qodha dan Qodhar Allah SWT.
Inilah makna hidup yang Hakiki setiap muslim selalu waspada dalam setiap saat
untuk menggapai ridho Ilahy, menebar rahmat dan mengekang hawa nafsu. Semoga
kita semua bisa istiqomah, aamiin.
* Katakanlah : " Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih
baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun ".
(Surat An Nissa' ayat 77).
Seseorang dikatakan hidup tatkala masih ada rohnya. Roh inilah yang berfungsi
sebagai power atau kekuatan bagi setiap manusia yang normal/sehat, sehingga
berfungsi semua organ-organ tubuh manusia. Selain roh manusia dilengkapi panca
indera dan akal budi. Dengan karunia Allah SWT ini manusia dalam hidupnya
diberi kebebasan menentukan pilihan hidup atau masa depannya.
Disamping kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT, juga manusia diberikan titik
lemah. Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah, bahwa manusia itu
mengerti apa yang baik dan apa yang buruk, dan dia dapat membedakan antara
keduanya. Dan pengertian ini diperoleh bukan melalui suatu pengalaman tetapi
telah ada padanya sebelum dia mengalami. Jadi pengetahuan ini diberikan oleh
Allah SWT sejak masih dalam kandungan agar manusia dalam perjalanan hidupnya
tidak tersesat.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat As Syam, ayat 7 - 8 : " Demi jiwa
manusia dan yang menjadikannya (Allah SWT) diilhamkan oleh Allah SWT kepadanya
mana yang buruk dan mana yang baik ".
Bentuk kasih sayang Allah SWT yang dicurahkan kepada umat manusia, adalah
diturunkan Para Nabi/Rosul sebagai penuntun ke jalan yang benar. Manusia dengan
akal budinya dengan dibimbing para Rosul yang diturunkan dari zaman ke zaman
adalah tidak lain untuk mewujudkan hidup yang hakiki, yaitu suatu kehidupan
yang sesuai dengan kehendak dan keinginan Sang Pencipta, Allah SWT. Sehingga
dia baik di dunia maupun di Akhirat senantiasa mendapatkan keberuntungan.
Sebagaimana yang digambarkan di dalam Al-Qur'an, Surat Al-Fajr ayat 27 - 30 : "
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu, dengan hati ridho lagi
diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke
dalam surga-Ku. "
Kehidupan yang hakiki adalah, kehidupan yang mengutamakan ridho Allah SWT, dari
waktu ke waktu, perpindahan dari suatu tempat yang satu dengan yang lainnya
selalu dalam taburan ridho Allah SWT. Agar dalam setiap saat tidak terjadi
kekecewaan dan penyesalan sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an, Surat
Munafiquun, ayat 10 : " Salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata : Ya
Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang
sholeh ".
Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan yang diridhoi Allah SWT, manusia tidak
dapat mengetahuinya lewat akal budinya karena keterbatasannya. Maka untuk
mengetahui hal ini tidak ada jalan lain kecuali melalui proses pendidikan. Baik
formal, informal maupun non formal. Sehingga dia menjadi bijak dalam menyikapi
kehidupannya maupun memilih yang terbaik dalam setiap silih bergantinya ujian
dari Allah SWT. Tanpa ihtiar dan bersusah payah dalam kehidupan maka hikmah
kehidupan tidak akan diperolah oleh siapapun, karena sejatinya segala sesuatu
yang ada di dunia memperolehnya harus dengan usaha. Dari proses pencarian
inilah Insya Allah akan memberikan kebijakan sehingga kita dapat menyikapi
kehidupan ini secara benar dengan belajar pengalaman masa lalu sebagaimana yang
telah dialami oleh Iblis dan Nabiyullah Adam AS. yang diriwayatkan Muhammad
Ibnu Dauri dari Imam Baihaqi : Bahwa Iblis itu, celaka karena Lima hal : "
Tidak suka mengakui dosa, tidak pernah menyesal, tidak pernah mencela dirinya,
tidak punya niat untuk bertobat, putus asa dari pada rahmat Allah SWT ".
Nabi Adam bahagia karena Lima hal : " Suka mengakui dosanya, Menyesali dosanya,
Mencela dirinya sendiri, Segera bertobat, Tidak putus asa dari rahmat Allah SWT
". (HR. Baihaqi)
Untuk meningkatkan kebijakan agar lebih faham terhadap permasalahan kehidupan
sebagian besar ulama menasihatkan terhadap Lima hal yaitu :
Pertama, Berpikir mengenal tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT,
sehingga lahir tauhid dari keyakinan kepada Allah SWT.
Kedua, Berpikir mengenal kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah SWT berikan,
sehingga lahir rasa cinta dan syukur kepada Allah SWT.
Ketiga, Berpikir tentang janji-janji Allah SWT, sehingga lahir rasa cinta
kepada akhirat.
Keempat, Berpikir tentang ancaman Allah SWT, sehingga lahir rasa takut kepada
Allah SWT.
Kelima, Berpikir tentang sejauhmana ketaatannya kepada Allah SWT, padalah Allah
SWT selalu berbuat baik kepadanya, sehingga lahir kegairahan dalam beribadah.
Selanjutnya, Syeh Abdul Qodir Jaelani berkata : setiap mukmin harus senantiasa
dalam Tiga keadaan :
a. Melaksanakan perintah Allah SWT.
b. Menjauhi larangan Allah SWT.
c. Rela terhadap Qodha dan Qodhar Allah SWT.
Inilah makna hidup yang Hakiki setiap muslim selalu waspada dalam setiap saat
untuk menggapai ridho Ilahy, menebar rahmat dan mengekang hawa nafsu. Semoga
kita semua bisa istiqomah, aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar