Kamis, 10 Desember 2009

Ka'bah Universal Time

Sebenarnya Islam telah memiliki time system sendiri yang merupakan gabungan pola Qamariyah dan syamsiah yang lebih dikenal dengan sistim kalender Hijriah.

{ Kami (Orang Jawa) sebenarnya sudah memiliki sistem kalender Jawa yang memiliki pola yang sama dengan sistim kalender Islam. Dan Sultan Agung Hanyakrakesuma menggabungkan sistem kalender Islam dengan sistim kalender Jawa }
Sungguh amat disayangkan bahwa *kekayaan* ini banyak dilupakan orang (Jawa - Islam). Sehingga tidak banyak lagi *warga negara* mengetahui tentang system waktu Jawa-Islam.

Dalam kalender Gregorian (Masehi), membagi waktu dunia menjadi dua bagian dengan menetapkan garis tanggal international 0* pada Greenwich dan 180* pada selat Bosporus (antara Rusia Canada). Penggantian Tanggal harian ditetapkan pada jam 00:00 pada Meridian 180*.
Penetapan garis tanggal International diprakarsai oleh Stanford Fleming (Canada) dan Charles F Down (Amerika) pada tahun 1883 dan disyahkan sebagai sistim tata waktu international dalam suatu konvensi pada tahun 1885. Maka sejak saat itu dunia *terbelah dua* dengan latitude 0* ~ +180* sebagai Bujur Timur dan 0* ~ -180* sebagai Bujur Barat. Maka sejak itu kita mengenal negara-negara Barat dan Negara-negara Timur.

Dalam proyeksi perjalanan matahari dari Timur ke Barat, maka negara negara yang berada pada merian 0* ~ +180* akan mendahului 1 hari dibandingkan dengan negara-negara Barat yang ada pada meridian 0* ~ -180*. Lalu apa akibatnya ?
Ka'bah yang terletak pada meridian +40* BT dan Indonesia yang terbentang dari meridian +94* ~ +141* BT (bujur Timur) memiliki selisih waktu 4 ~ 6 Jam (15* meridan per jam). Dimana Indonesia (jakarta) mendahului 4 jam lebih awal dibandingkankan waktu di Ka'bah (Mekkah). Sehingga (misalnya) kita melakukan Shalat Ied pada pagi hari jam 7:00 maka Umat muslim di Mekkah masih melakukan Takbir atau masih ada yang terlelap tidur (jam 3:00 dinihari.) Jika mengacu pada QS Al Imran ayat 96
"Inna Awwala baitin wudi'a linnasi lallazina bibakkata mubarakhan wahudan lil 'alamnin".
{sesungguhnya rumah mula-mula dibangun untuk (tempat ibadat) manusia, ialah Baitullah yang ada di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua umat manusia).
Dan bilamana surat diatas kita gandeng dengan Surat Al Hujurat ayat 1 (QS 49:1) "Ya ayyuhal ladzina aamanu tuqqadimu baina yadayillahi wa rasuullihi wattaqullaha innallaha sami'un 'aliim.
(Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan rasul-Nya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan mengetahui).
maka secara jelas bahwa umat muslim yang berada disebelah timur Mekkah (meridian > 40* BT ~ 180* BT) MENDAHULUI melakukan ibadah Maddah dan bertentangan dengan sunnah Rasul.

Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir , Ibnu Abu Dunya meriwayatkan pada kitab Al Adhahi, dimana Rasullulah membatalkan ibadah penyembelihan hewan Qurban karena mereka melakukan penyembelihan hewan Qurban sebelum Rasulullah melakukanya. Dan memerintahkan mereka mengulangi penyembelihan Hewan Qurban setelah beliau melakukan penyembelihan. Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Tabhrani dalam kitab Al Ausath.
Jelasnya kita bisa terkecoh, manakala Kalender Gregorian (Masehi) sebagai petunjuk tanda waku ibadah Maddah karena kita akan selalu mendahului menjalankan shalat sebelum Shalat yang sama dilakukan di Baitullah Mekah pada hari yang sama.
Struktur meridian tidak lagi dibelah menjadi dua arah tetapi menjadi satu arah mengikuti garis edar matahari dari kiri ke kanan, dimana posisi Greenwich (GMT) terletak pada -40* KUT dan posisi Indonesia / Jakarta menjadi -294* KUT di belakang merdian Ka'bah (Mekkah) atau 19 Jam dibelakang Ka'bah (selisih satu hari dibelakang garis waktu Ka'bah).
pada saat di Mekkah melaksanakan Shalat Maghrib 18:30 GMT tanggal 1 Agustus, maka di Jakarta masih jam 22:30 malam GMT tanggal 31 Juli menjelang Subuh. Dengan demikian tidak lagi mendahului melakukan shalat maghrib untuk tanggal 1 Agustus.

Disadari bahwa memang sulit dipahami secara selintas tanpa membiasakan diri dengan dengan konversi waktu GMT ke KUT yang banyak dipakai oleh para orang tua Jawa dalam menunaikan ibadah Madhah. Adaptasi terhadap perubahan garis waktu dari jam 00:00 maju selama 6 jam ke jam 18:00 bukanlah persoalan yang gampang. Karena ini bukan lagi bersifat sekedar transformasi linear pergeseran meridian yang mengubah tatanan dunia yang telah mapan dan dipakai ratusan tahun. Tetapi lebih bersifat mengembalikan kepada fitrah alam dimana pergerakan alamiah adalah dari kanan ke kiri.
Kanan dikatakan sumbu positip dan kiri sumbu negatip. Yang oleh ilmu pengetahuan sampai sekarang diakui sebagai kebenaran haqiqi.

Lihatlah Thawaf berputar dari kanan kekiri, Bumi berputar dari kanan ke kiri (proyeksi tehadap matahari), Balap mobil, atletik maupun balap sepeda di velodrome semuanya berputar dari arah kanan kekiri. Ini semua bukan hanya kebetulan tetapi telah dipertimbangkan oleh para akhli (pemikir-pemikir) bahwa menentang fitrah alam adalah bentuk "pemberontakan" terhadap sesuatu yang Haq yg menentang energi metafisis.

Jadiiiiiiii....agar kita dapat segera menyadari bahwa dalam beribadah bukan hanya sekedar ikut-ikutan atas aturan yang sudah ada, tetapi lebih menitik beratkan pada kebenaran yang Haq yaitu tidak mendahului seperti yang telah diriwayatkan oleh para ahli hadist / sunnah Rasul.

0 komentar: