Senin, 14 Desember 2009

Sejarah Nama Indonesia

Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara Indocina dan Australia dengan aneka nama.

Kronik-kronik bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai ("Kepulauan Laut Selatan").

Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa ("Pulau Emas", diperkirakan Pulau Sumatera sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu sebagai Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab, luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "orang Jawa" oleh orang Arab, termasuk untuk orang Indonesia dari luar Jawa sekali pun. Dalam bahasa Arab juga dikenal nama-nama Samathrah (Sumatera), Sholibis (Pulau Sulawesi), dan Sundah (Sunda) yang disebut kulluh Jawi ("semuanya Jawa").

Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India, dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang", sementara kepulauan ini memperoleh nama Kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau Hindia Timur (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang kelak juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais).

Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi Nederlandsch-Indie (Hindia-Belanda). Pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di kepulauan ini.

Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah memakai nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu Insulinde, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (dalam bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini selanjutnya kurang populer, walau pernah menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal abad ke-20.

1.Nama Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis

"... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians".

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian Archipelago terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:

"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago".

Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.

Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel ("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu") sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Nama Indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch ("Hindia") oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan Indonesiër (orang Indonesia).

2.Politik
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya, pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,

"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut "Hindia-Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesiër) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa, dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesië diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch-Indie". Permohonan ini ditolak.

Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia-Belanda". Pada tanggal 17 Agustus 1945, menyusul deklarasi Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah [Republik Indonesia].

3.Nama Indonesia dalam berbagai bahasa

* bahasa Afrikaans: Indonesië
* bahasa Jerman Aleman: Indonesien
* bahasa Aragon: Indonesia
* bahasa Arab: إندونيسيا
* bahasa Assam: ইন্দোনেশিয়া
* bahasa Asturia: Indonesia
* bahasa Azerbaijan: İndoneziya
* bahasa Bashkir: Индонезия
* bahasa Belarusia: Інданезія
* bahasa Bulgaria: Индонезия
* bahasa Bengali: ইন্দোনেশিয়া
* bahasa Tibet: ཨིན་རྡུ་ནི་ཤིས་ཡ
* bahasa Breton: Indonezia
* bahasa Bosnia: Indonezija
* bahasa Katalan: Indonèsia
* bahasa Tatar Krimea: İndoneziya
* bahasa Ceko: Indonésie
* bahasa Kashubia: Jindonezjô
* bahasa Chuvash: Индонези
* bahasa Welsh: Indonesia
* bahasa Denmark: Indonesien
* bahasa Jerman: Indonesien
* bahasa Dhivehi: އިންޑޮނޭޝިޔާ
* bahasa Yunani: Ινδονησία
* bahasa Inggris: Indonesia
* bahasa Esperanto: Indonezio
* bahasa Spanyol: Indonesia
* bahasa Estonia: Indoneesia
* bahasa Basque: Indonesia
* bahasa Farsi: اندونزی
* bahasa Finlandia: Indonesia
* bahasa Perancis: Indonésie
* bahasa Franco-Provençal: Endonèsie
* bahasa Frisia: Yndoneezje
* bahasa Irlandia: An Indinéis
* bahasa Gaelik Skotlandia: An Innd-Innse
* bahasa Galisia: Indonesia
* bahasa Manx: Yn Indoneesh
* bahasa Hakka: Yin-thu-nì-sî-â
* bahasa Hawaii: ‘Inidonesia
* bahasa Ibrani: אינדונזיה
* bahasa Hindi: इंडोनेशिया
* bahasa Hindustani Fiji: Indonesia
* bahasa Kroasia: Indonezija
* bahasa Sorbia Hulu: Indoneska
* bahasa Kreol Haiti: Endonezi
* bahasa Hungaria: Indonézia
* bahasa Armenia: Ինդոնեզիա
* bahasa Islandia: Indónesía
* bahasa Italia: Indonesia
* bahasa Jepang: インドネシア
* bahasa Jawa: Indonésia
* bahasa Georgia: ინდონეზია
* bahasa Kazak: Үндінезия
* bahasa Khmer: ឥណ្ឌូនេស៊ី
* bahasa Kannada: ಇಂಡೋನೇಷ್ಯಾ
* bahasa Korea: 인도네시아
* bahasa Kurdi: Îndonêziya
* bahasa Komi: Индонезия
* bahasa Kernewek: Indonesi
* bahasa Kirgiz: Индонезия
* bahasa Latin: Indonesia
* bahasa Luksemburg: Indonesien
* bahasa Limburgish: Indonesië
* bahasa Lombard Barat: Indunesia
* bahasa Lituania: Indonezija
* bahasa Latvia: Indonēzija
* bahasa Banyumasan: Indonesia
* bahasa Malagasi: Indonezia
* bahasa Māori: Initonīhia
* bahasa Makedonia: Индонезија
* bahasa Malayalam: ഇന്തോനേഷ്യ
* bahasa Mongolia: Индонез
* bahasa Marathi: इंडोनेशिया
* bahasa Mazandaran: اندونزی
* bahasa Nauru: Indonesia
* bahasa Nahuatl: Indonesia
* bahasa Neapolitan: Indonesia
* bahasa Jerman Bawah: Indonesien
* bahasa Saxon Bawah Belanda: Indonezie
* bahasa Belanda: Indonesië
* Nynorsk: Indonesia
* bahasa Norwegia: Indonesia
* bahasa Occitan: Indonesia
* bahasa Ossetia: Индонези
* bahasa Polandia: Indonezja
* bahasa Pashtun: اندونېزيا
* bahasa Portugis: Indonésia
* bahasa Quechua: Indunisya
* bahasa Rumania: Indonezia
* bahasa Rusia: Индонезия
* bahasa Sanskerta: इन्दोनेशिया
* bahasa Sakha: Индонезия
* bahasa Sisilia: Indunesia
* bahasa Sami Utara: Indonesia
* bahasa Serbo-Kroasia: Indonezija
* bahasa Slowakia: Indonézia
* bahasa Slovenia: Indonezija
* bahasa Albania: Indonezia
* bahasa Serbia: Индонезија
* bahasa Sunda: Républik Indonésia
* bahasa Swedia: Indonesien
* bahasa Swahili: Indonesia
* bahasa Silesia: Indůnezyjo
* bahasa Tamil: இந்தோனேசியா
* bahasa Telugu: ఇండోనేషియా
* bahasa Tetum: Indonézia
* bahasa Tajik: Индонезия
* bahasa Thai: ประเทศอินโดนีเซีย
* bahasa Turkmenistan: Indoneziýa
* bahasa Tagalog: Indonesya
* bahasa Turki: Endonezya
* bahasa Udmurt: Индонезия
* bahasa Uighur: ھىندونېزىيە
* bahasa Ukraina: Індонезія
* bahasa Urdu: انڈونیشیا
* bahasa Venesia: Indonexia
* bahasa Vietnam: Indonesia
* bahasa Wolof: Endoneesi
* bahasa Yiddish: אינדאנעזיע
* bahasa Yoruba: Indonesia
* bahasa Tionghoa: 印度尼西亚

0 komentar: